Bismillahirrahmanirrahim.
Jarang
sekali kita berfikir. Ya, berfikir bagaimana memaknakan setiap kata yang kita
ucapkan, setiap patah kata yang kita tulis. Terkadang kita hanya memaknai rasa
syukur dengan sekadar melepaskan kata Alhamdulillah bila hanya mendapat
sesuatu nikmat. Seorang sahabat yang sangat Anis kagumi setiap bait katanya, sering
membetulkan kata-kata yang terbit dari bibir ini.
“Bukan
terkadang Nis, tapi selalu, selalu kita hanya bersyukur saat mendapat sesuatu
nikmat.”
Suatu
saat yang lain,
“Terkadang,
kita sering terlupakan Dia”
“Nis,
bukan terkadang, tapi selalu…”
Benar kak… selalu kita melupakan Dia, dalam sedar ataupun tidak. Allah… hati ini
masih ada cinta dunia. Sesungguhnya dalam syukur yang sebenar ada penghayatan luar
biasa akan penerimaan, ada rasa terima kasih begitu besar, ada ketulusan dan
keikhlasan yang mendalam.
Maka,
izinkanlah diri ini mengucapkan syukur kepada ALLAH yang Maha Agung. Benar,
kekuatan dariNya adalah kunci setiap langkahku dalam hidup, hingga setiap
sedutan nafas, keluar masuknya, berdengupnya jantungku ini, berkedipnya mata
ini, semata-mata bergantung pada belas kasihNya hingga kemudahan dariNya yang
membuatku mampu untuk menaip setiap bait kata ini. Semoga Cinta tertinggi tetap
bersandar kepadaMu. Dan Muhammad S.A.W,
selawat dan salam buat dirimu, wahai
belahan jiwaku. Tanpamu mana mungkin bisa tersinar iman dan Islam dalam susuk
tubuhku, dan tak mungkin dapatku rasakan nikmat ini.
KETERHIJABAN
Pagi
tadi masih menyelak lembaran buku yang sama, ada separuh lagi belum dikhatam,
buku yang terkemudian sampai, terlebih dahulu dihabiskan. Bukan berat, namun
buku ini perlu dihadam dengan hati. Begitu enak patah katanya. Tersenyum.
Anis
tersentak dengan banyak perkara melalui tulisan Salim A. Fillah ini. Moga Allah
merahmati dirinya. Amin. Berbincang tentang keterhijaban dalam konteks yang
Anis ingin sentuh sahaja ini, (sebab hijab ni luas dan banyak makna dan
konteksnya). Hijab dalam konteks kita tak pernah tahu apa yang terjadi esok.
Ya, kita terhijab dari sebuah tabir masa depan. Dalam keterhijaban itu kita
sering terperangkap dalam sebuah perkiraan. Perkiraan menduga apa yang bakal
terjadi disebalik keterhijaban itu. Apa yang bakal terjadi di masa depan yang
tak ternampak itu. Kadang kita berfikiran positif dan kadang dalam tanpa sedar,
malah mungkin selalu kita berfikiran negative. Itu semua pilihan. Kita lah yang
menjadikan kehendak kita selari dengan kehendak Allah.
PRASANGKA
Beberapa
tahun yang kita lalui ini sebenarnya tanpa kita sedar, kita berjaya melalui
dengan prasangka yang baik. Kenapa? Kita sebenarnya tak mampu untuk terus
menghadap laptop ini lagi jika kita benar-benar yakin mati itu satu saat lagi
selepas ini atau memang saat ini lantaran saat kematian itu tiada siapa yang
mengetahuinya. Kita tak mungkin berani untuk duduk atau berbuat apa saja
melainkan dalamnya terkandung perkara yang membuahkan pahala. Namun, kita masih
berani berbaik sangka bahawa Allah masih memberikan peluang untuk kita
mengislahkan diri. Kita juga berbaik sangka bahawa kita masih diberi peluang
untuk merencanakan hidup agar sentiasa dapat meningkatkan rasa rindu kepadaNya.
Malah, kita sering berbaik sangka bahwa Allah kelak akan menempatkan kita di
Syurga. Lantaran itu, ucapan kita sering dipenuhi dengan perkataan syurga. Misalnya,
bercinta hingga ke “Syurga”, xpe, Moga ALLAH mempertemukan kita di syurga, serta
lain-lain ungkapan. Dengan perasaan ini, kita sering dapat memenuhkan jadual
perjalanan hidup kita dengan penuh bahagia, kita terus menggantungkan rasa raja’
kepada Allah dan menyusun rencana-rencana masa depan.
Sesungguhnya Aku (ALLAH) adalah di sisi sangkaan hambaKu
kepadaKu. (HR Ibnu Majah)
KISAH
YANG MENGGEGARKAN JIWA!
Alhamdulillah,
belajar sesuatu dari sebuah kisah, Qalawun yang berani berbaik sangka dalam
segala keterhijaban.
Qalawun,
dalam mengikuti titik-titik takdir hidupnya, tidak pernah lekang dari bibirnya
tatkala melalui fasa-fasa dalam hidup menyebut:
"Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Tapi kami selalu
berprasangka baik kepada Allah!"
Dengan
prasangka baik kepada ALLAH akhirnya membawa pada cita-cita yang dihajati.
Apa
jua yang dihadapi tetap terbit dibibir tanpa sepi,
"Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Tapi kami selalu
berprasangka baik kepada Allah!"
"Kami tak tahu ini rahmat atau musibah. Tapi kami selalu
berprasangka baik kepada Allah!"
Inilah
sekelumit kisah tentangnya. Qalawun yang berani berprasangka baik dalam segala
keterhijaban. Qalawun yang berani berkata, “Kami tak tahu ini rahmat atau
musibah. Kami hanya berprasangka baik kepada Allah!” Seperti kisahnya, dalam
dekapan ukhuwah, ada berjuta kebaikan mengiringi prasangka baik padaNya. Dia
setia bersama kita dan melimpahkan kebaikan, karena kita mengingatNya juga
dengan sangkaan kebaikan.
Fi Baiti Sakinah,
19 November 2102,
10.32 p.m.
3 comments:
"aku tidak tahu apakah itu..aku tidak mengerti..aku jahil..
..walau apa juapun ia..percaya & yakinku tetap buat Allah..Tuhanku"
"walau DIA dihijab dari pandangan dek dosa yang terpalit pada kehinaanku padaNya..
..namun aku tetap mahu menyaksikanNya dgn perasaan hatiku"
wahai belahan jiwa..T_T
jzkk.....
...puan^_^
Allah... moga satu saat bisa meraih maqam itu. Ibadah sejati hanya dpt dilakukan jika tabir y menutupi hati tlh diangkat shgga chya kekal i2 dpt meneranginya. hanya setelah i2 jiwa akan mlihat hkkt mlalui plita rohani.
moga Allag izinkan kita meraih nikmat i2 mrasai selazat2nya perasaan beribadah kpdNya sblm mjemput kita. amin
Post a Comment