Friday, March 16, 2012

dia HIDUP, tetapi MATI



Bismillahirrahmanirrahim…

Membelek lembaran hari-hari yang berlalu terasa tersangat rugi. Hati yang telah terisi dengan ilmu sedikit terang dan semakin merindui saat itu. Benarlah ilmu itu cahaya. Dua minggu sebelum cuti, sudah demam, mungkin diri dihimpit dengan perjalanan jauh tidak henti-henti selama 3 minggu. Saat menulis ini, masih sedang soksek soksek, badan hampir kembali demam. Semoga Allah meminjamkan kesembuhan, mahu terus punya kekuatan untuk praktikum.

Alhamdulillah, pagi tadi Allah kurniakan peluang untuk meneguk ilmu di Dataran Ilmu, syukur. Bukan mudah bagi seorang muslimat untuk keluar menadah ilmu melainkan dengan keberangkatannya bertemankan dan pagi tadi abah masih sudi menemani di sisi.

Perkara yang paling mendukacitakan sudah tentu tatkala merasa susutnya iman. Salah satu cara menambahkan keimanan adalah dengan terus dan terus menuntut ilmu. Agar perasaan takutkan Allah senantiasa dapat disuburkan. Semoga Allah mempermudahkan urusan kaum muslimin dan muslimat agar dapat terus menimba ilmu sebelum Allah mengangkat ilmu-ilmu ini pergi bersama perginya para ulama’.

Menyusun tangan memohon ampun, lantaran blog tidak diupdate, kerna memikirkan bahawa terdapat tugasan yang lebih penting. Alhamdulillah, malam ini Anis mencari sedikit ruang dengan sisa malam yang penuh kesejukan ini.

Anis cukup tertarik dengan cara pembawakan penulis Oki Setiana Dewi, dalam buku terbarunya Pernik CInta, OSD Sejuta Pelangi.  Banyak sungguh kisah yang menginspirasikan! tak rugi jika anda ingin memilikinya. Pada awal-awal terdapat beberapa perkara yang berkaitan dengan ilmu yang disentuh.

MEMAKNAKAN HIDUP

Barangkali, dalam hidup kita, kita hanya memandang apa yang nyata, apa yang ingin dikejar. Dunia yang dicari tidak lebih sebagai menjadi asset untuk melabur di sana. Sebagai contoh, kita punya harta, pernah tak kita sedekahkan? Terasa berat nilai RM1 atau kita terasa berat pahala yang bakal Allah ganjari? Andai kita nampak kebaikan dan pahala yang melimpah-limpah, sudah tentu yang abadi dikejar. Begitu jugak dengan ilmu yang kita peroleh di dunia ini. Bahagiakah sekiranya kita berterusan menyimpan di dalam dada tanpa dibahagi-bahagikan kepada insan-insan diluar sana? Pasti semua ini bakal ditanyakan di sana.

Tak usah dibangga andai anda adalah seorang HERO di sini, namun ZERO di sana…

Kisah seorang insan yang bertarung dengan kesakitan sangat menginspirasikan, kalimat yang terbit dari bibirnya… “Saya ingin bermanfaat untuk orang lain.”

Ya! Dia itu, ingin sekali sembuh agar masih mempunyai sisa masa bermanfaat untuk orang lain sebelum dijemput sang Ilahi.

Allah…teringat pada sebuah hadis,
Manusia yang paling baik adalah yang bisa memberi manfaat bagi yang lainnya.”  (HR  Al-Thabarani)

Sabda Rasulullah S.A.W inilah yang menjadi landasan buat insan ini untuk menjadi Khairunnas, sebaik-baik manusia, bukan gelaran, pangkat yang menjadi tanda kemuliaan, namun sejauh mana dia mampu bermanfaat untuk orang lain. Memberi, memberi dan terus memberi.

Terus tersentak! bahagianya menjadi seorang guru. Ketika guru mengajarkan suatu ilmu kepada muridnya, satu kebaikan akan menjadi imbuhan buat dirinya. Tatkala ilmu itu disebarkan murid kepada yang lain, maka kebaikan itu menjadi berganda dan begitulah seterusnya.

MasyaALLAH! inilah yang menjadi inspirasi Anis untuk mengajarkan ilmu kepada anak-anak murid. Malahan, tersangat yakin inilah kebahagiaan bagi seorang guru. Pahala yang bakal terus mengalir walaupun tatkala nyawa telah terpisah dari jasadnya. Subhanallah! Bahagianya seorang penyampai ilmu….

Hikmah-hikmah terus diselak, dengan ilmu dan akal terbatas ini, hanya masih menanti keizinan yang Maha Esa membukakan hikmah itu, hingga tersungkur lemah dihadapannya dari hari ke hari, merasa kekerdilan diri.

Kini, Allah terus memberi kepadaku. Meninggalkan pesan, agar aku dan manusia disekelilingku mempersiapkan diri dengan bekal ilmu agar bisa mewujudkan cita-cita hingga bisa bermanfaat bagi orang lain.

Semoga kita menjadi khairunnas seperti yang disabdakan oleh Rasulullah S.A.W insya-ALLAH!


IBRAH KISAH ABDULLAH IBNU UMMI MAKTUM

Hari ini, Anis terfikir, umurku masih muda, dan badanku masih lagi kuat, sedangkan orang lain sudah ditarik nikmat dengan begitu banyak! Namun, Anis masih belum melakukan apa-apa! Berharap agar ada “sesuatu”.

Allah masih sudah menyentuh hati ini dengan kisah sahabat Rasulullah, Abdullah Ibnu Ummi Maktum…

Siapa tidak kenal dengan seorang sahabat yang sangat berani walaupun tidak boleh melihat? Beliau digelar Ibnu Ummi Maktum atau nama sebenarnya Abdullah bin Qais bin Zaidah bin Al-Asham. Beliau anak daripada seorang ibu bernama ‘Atikah yang biasa dipanggil Ummi Maktum. Abdullah ibnu Ummi Maktum termasuk salah seorang yang mula memeluk Islam. Beliau juga antara tujuh orang yang berani menampakkan ke Islamannya di Makkah.
Beliau merasakan ajaran Islam menjadikan hatinya bersih, walaupun matanya tidak dapat melihat. Itu adalah nikmat besar yang dikurniakan Allah kepadanya. Abdullah ibnu Ummi Maktum memiliki ilmu dan adab istimewa yang dianugerahkan Allah kepadanya, menggantikan kebutaan matanya sebagai cahaya dalam pandangan dan pancaran hati. Beliau memang tidak dapat melihat, tetapi dapat melihat menggunakan mata hatinya. Hatinya dapat mengetahui apa yang tersembunyi.

Berapa ramai insan yang kekurangan dari sudut fizikal, namun tidak pernah terdengar keluahan di bibir mereka. Sedangkan kita yang sempurna sentiasa punya alasan untuk menuntut ilmu. Kebanyakan alasan adalah dibuat-buat bukan? Allah….

Ingatlah, keutamaan manusia berbanding makhluk lain terletak pada ilmunya. Jika kita meneliti sejarah ulama’ salaf terdahulu, betapa besarnya semangat mereka untuk menuntut ilmu.
Ahmad Ibn Hambal berkata,
Aku akan terus menuntut ilmu sampai wafat.”

Menuntut ilmu adalah suatu yang tidak punya had masa. Hanya orang-orang yang kuat akan terus mara dimedan ilmu. Sedang yang lain terus dengan kehidupan mereka. Hanya ORANG-ORANG YANG LUAR BIASA berhasil mencapai tujuannya!
Kisah Abdullah Ibn Ummi Maktum sangat menginspirasikan!
kalau insan yang tidak sempurna fizikal semangat untuk menuntut ilmu, bagaimana dengan aku? apakah aku tidak bersyukur dengan sempurnanya fizikal ini? Allah hanya padamu aku memohon, permudahkanlah jalan kami dalam menuntut ilmu.

 “Di dunia ini, ada begitu banyak orang yang hidup, tapi sesungguhnya mati. Ia hidup, namun tidak memberi arti. Allah menciptakan kehidupan untuk kita agar kita bisa bermanfaat untuk orang lain, menjadi manusia yang bernilai dan bermakna untuk kehidupan ini.” (OSD)

Fi Ghurfati,
17 Mac 2012,
12.52 a.m


4 comments:

Atiq Shahid said...

trima ksih anis,sgt brmnfaat:)

mok teh said...

sweet.make my eyes watery. thanx

Anis said...

>> atiq...
mekasih atiq....

Anis said...

>>mok teh..

allah.... semuanya daripada Allah